Senin, 26 Agustus 2024─ Yayasan PARA MITRA Indonesia mengadakan pelatihan hari pertama Tenaga Kesehatan di Puskesmas se-Kabupaten Madiun. Fokus utama adalah meningkatkan kapasitas dan kesiapan tenaga kesehatan dalam menerapkan program I-SEE di wilayah Madiun. Program ini bertujuan untuk mendukung peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan mata yang inklusif dan komprehensif, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Implementasi Program I-SEE di Tiga Kabupaten
Manajer Proyek, Moch. Marsudi menjelaskan bahwa Program I-SEE diimplementasikan di tiga kabupaten Madiun, Ngawi, dan Magetan. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada dukungan pemerintah daerah, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pelaksana, dan partisipasi aktif masyarakat. Dalam pelaksanaannya, program ini menekankan pentingnya integrasi layanan primer (ILP), yang melibatkan lebih dari 900 posyandu untuk meningkatkan kapasitas kader dan tenaga kesehatan. Harapannya, tenaga kesehatan dapat melatih kader dan guru di wilayah masing-masing, serta mendampingi dalam proses skrining dan rujukan.
Pentingnya Layanan Kesehatan Mata yang Inklusif
dr. Selly. F (Kabid P2P) menyoroti bahwa semua penyakit, termasuk gangguan penglihatan, kini telah masuk dalam layanan ILP. Pelatihan ini sangat penting untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan dapat mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh di puskesmas masing-masing. Di samping itu, diharapkan program I-SEE ini dapat berlanjut secara mandiri oleh Dinas Kesehatan dan puskesmas setelah pendampingan dari Paramitra berakhir.
Selain itu, Moch. Marsudi menambahkan bahwa tujuan utama proyek ini adalah membangun sistem pelayanan kesehatan yang inklusif, mulai dari posyandu hingga ke tingkat pelayanan tertinggi. Inklusi di sini berarti setiap orang, termasuk penyandang disabilitas, harus dapat mengakses layanan kesehatan dengan mudah dan merasa didengar dalam sistem pelayanan. Hasil yang diharapkan adalah peningkatan layanan kesehatan yang lebih inklusif dan rehabilitatif, serta kebijakan yang mendukung layanan kesehatan yang komprehensif.
Tantangan dan Strategi ke Depan
Koordinator Wilayah I-SEE Madiun, M. Sulaiman, menyoroti tantangan yang dihadapi dalam menurunkan angka gangguan penglihatan, seperti ketimpangan akses dan peningkatan kebutuhan layanan. Selama pandemi, misalnya, pembelajaran online berkontribusi pada peningkatan gangguan penglihatan pada siswa. Dengan prevalensi kebutaan di Indonesia yang cukup tinggi, diperlukan advokasi lintas sektor, penguatan kapasitas, serta pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan.
Dengan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader, diharapkan layanan kesehatan mata dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Ini bukan hanya tentang memberikan layanan, tetapi juga tentang memastikan setiap individu merasa dilibatkan dan mendapatkan pelayanan yang layak.