Tim I-SEE Hadiri Temu Inklusi 2025 di Cirebon

Momen peserta saat mengikuti Lokakarya Desa Inklusi yang diselenggarakan oleh Temu Inklusi, SIGAB Indonesia 3 September 2025 lalu

Batu, 10 September 2025– Perwakilan Tim I-SEE dari Yayasan Para Mitra Indonesia berkesempatan menghadiri kegiatan Temu Inklusi 2025 yang digelar pada 2–4 September 2025 di Cirebon, Jawa Barat. Temu Inklusi merupakan ajang dua tahunan yang diselenggarakan oleh Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Disabilitas Indonesia (SIGAB) untuk mempertemukan organisasi masyarakat sipil, gerakan disabilitas, mitra pembangunan, serta pemerintah dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, tiga orang perwakilan Tim I-SEE dari Kabupaten Madiun, Magetan, dan Ngawi bersama tiga orang perwakilan organisasi disabilitas turut hadir. Keterlibatan tersebut menjadi ruang penting untuk belajar sekaligus memperbarui pengetahuan terkait perkembangan gerakan disabilitas di tingkat nasional.

Selama tiga hari pelaksanaan, para peserta mengikuti berbagai sesi pembelajaran. Seminar plenary pertama membahas upaya dan kemajuan dalam mendorong inklusi disabilitas, termasuk tantangan serta praktik baik yang telah dilakukan di berbagai daerah. Sementara itu, plenary kedua yang juga menjadi rangkaian penutup mengangkat tema “Looking Forward”, yaitu strategi, kolaborasi, dan sinergi untuk melanjutkan cita-cita mewujudkan inklusi disabilitas yang lebih luas.

Temu Inklusi 2025 diikuti oleh 590 peserta dari 24 provinsi, melibatkan perwakilan desa, dinas sosial, dan organisasi disabilitas. Salah satu peserta, Sulistiawan, misalnya, menceritakan kesan berharganya terhadap materi pembentukan Desa Sehat Inklusi pada salah satu desa di Situbondo, Jawa Timur. Meski desa tersebut telah diadvokasi sejak 2018 bersama dengan SIGAB, hasilnya pada tahun 2024 desa tersebut telah berhasil mengalokasikan anggarannya untuk pembangunan infrastruktur ramah disabilitas, seperti toilet inklusif di balai desa dan aksesibilitas bidang miring. Ke depan, desa tersebut berencana memfokuskan program pada pemberdayaan kelompok disabilitas, khususnya di bidang peternakan.

“Belajar dari pengalaman desa inklusi membuat kami semakin termotivasi. Kami bisa melihat bagaimana inklusi tidak hanya menjadi konsep, tetapi benar-benar diwujudkan melalui kebijakan dan anggaran,” ungkap Sulistiawan.

Selain itu, Nasrullah, Tim I-SEE dari Ngawi juga menambahkan bahwa Temu Inklusi ini dapat menjadi bukti atas keberhasilan lintas sektor. “Jujur, saya terkesan saat materi yang dibawakan oleh Bappenas, karena dengan adanya kehadiran perwakilan lembaga pemerintahan menjadi bukti negara setidaknya telah menaruh perhatian pada isu disabilitas,” tambah Nasrul.

Dengan adanya forum ini, Tim I-SEE merasa semakin terdorong untuk memperkuat jaringan, berbagi praktik baik, dan mendukung lahirnya kebijakan yang lebih inklusif di berbagai daerah, sehingga hak-hak penyandang disabilitas dapat terpenuhi secara adil dan berkelanjutan.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *