Pertemuan Sistem Informasi Kesehatan di Ngawi Tingkatkan Kolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit

Jumat, 30 Agustus 2024─ Kabupaten Ngawi menjadi tuan rumah pertemuan antara Yayasan PARA MITRA Indonesia (YPM), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan beberapa rumah sakit di wilayah tersebut, termasuk RSUD dr. Soeroto, RS Widodo, RS At Tin, serta Klinik Utama Mata. Acara ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antar lembaga dalam bidang kesehatan, khususnya terkait pencatatan dan pelaporan kesehatan mata di Kabupaten Ngawi.

Ibu Retno Dewi Sulistyorini, Kabid Yankes UKM UKP Dinas Kesehatan Ngawi, membuka acara dengan menyampaikan terima kasih atas kehadiran semua pihak yang terlibat. “Kami sangat menghargai dukungan dari YPM serta rumah sakit dalam penanganan masalah kesehatan di Kabupaten Ngawi,” ungkapnya. Ia juga menyatakan kesiapan Dinkes untuk bekerja sama, sembari menekankan pentingnya komunikasi efektif dan pendataan antar fasilitas kesehatan.

Sementara itu, Bapak Moch.Marsudi, Project Manager dari I-SEE, menjelaskan peran YPM sebagai pintu masuk untuk layanan kesehatan mata. “Kami bertujuan membangun layanan kesehatan yang mencakup seluruh masyarakat, termasuk teman-teman disabilitas. Penguatan data adalah salah satu upaya untuk memastikan sistem pencatatan yang valid dan terukur,” katanya. Marsudi juga menekankan bahwa YPM tidak menciptakan program baru, melainkan memastikan sistem yang ada terimplementasi dengan baik melalui sinergi antara Dinkes, rumah sakit, dan Puskesmas.

Dalam sesi selanjutnya, Ibu Paulina dari Dinkes Ngawi memberikan penjelasan mengenai sistem pencatatan kesehatan di Kabupaten Ngawi. “Setiap penyakit mata dapat langsung di-entry dan data tersebut akan diolah di level Puskesmas, lalu dianalisis di tingkat kabupaten untuk menentukan kebijakan,” jelasnya. Paulina menyoroti pentingnya jejaring antar fasilitas kesehatan dalam mengumpulkan data penyakit mata yang valid dan terintegrasi.

Dalam diskusi yang berkembang, Marsudi juga mengusulkan agar data hipertensi dan diabetes dari rumah sakit dapat digunakan sebagai skrining awal untuk pasien dengan gangguan mata. Usulan ini mendapat dukungan dari Ibu Retno, yang menambahkan bahwa SIMKES sudah mencatat data tersebut.

Diskusi ini juga menyinggung soal data rekam medis yang menjadi perhatian utama. Rudi dari RSUD dr. Soeroto menyatakan bahwa sebelumnya laporan PTM surveilans disampaikan secara manual dan mereka belum menerima umpan balik dari Dinkes. “Kami butuh penyamaan persepsi terkait mekanisme pelaporan, agar tidak lagi dilakukan secara manual,” ujarnya.

Dalam forum tersebut, disepakati untuk membentuk grup WhatsApp guna memudahkan komunikasi antar lembaga dan memastikan bahwa data yang dibutuhkan, khususnya terkait katarak, low vision, dan layanan rehabilitasi, sehingga dapat diakses dengan baik. Namun, Ibu Retno menegaskan bahwa data pribadi harus tetap dijaga sesuai prosedur hukum yang berlaku.

Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah maju dalam membangun layanan kesehatan mata yang lebih baik dan inklusif di Kabupaten Ngawi, serta meningkatkan kualitas data kesehatan untuk perencanaan kebijakan yang lebih efektif.

Pos dibuat 27

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas
id_IDIndonesian