Magetan, 21 September 2024 – Dalam upaya meningkatkan keterampilan deteksi dini gangguan penglihatan, sebanyak 110 kader kesehatan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, berpartisipasi dalam pelatihan skrining katarak. Pelatihan ini berlangsung sejak 17 hingga 19 September 2024 di dua lokasi berbeda, yakni Puskesmas Candirejo dan Puskesmas Plaosan, sebagai bagian dari Program I-SEE.
“Kami melatih para kader dengan teknik skrining sederhana menggunakan metode hitung jari untuk mendeteksi katarak,” jelas Erna Kusuma Sari, Koordinator Wilayah I-SEE Kabupaten Magetan, saat diwawancarai di sela-sela pelatihan. Ia menekankan pentingnya deteksi dini dalam mendukung Integrasi Layanan Primer (ILP) untuk kesehatan mata masyarakat. “Tujuan dari pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas kader dalam deteksi dini, terutama di tingkat posyandu,” tambah Erna.
Di Puskesmas Candirejo, pelatihan dimulai pada 17 September dan dihadiri peserta yang aktif berinteraksi. Kader-kader tersebut langsung menerapkan hasil pelatihan di kegiatan posyandu keesokan harinya, di mana satu perempuan teridentifikasi mengalami gangguan penglihatan dari 28 orang yang diperiksa. “Kader sangat aktif bertanya, terutama setelah evaluasi di hari pertama. Ini membuat mereka lebih percaya diri saat melaksanakan skrining,” ujar Erna.
Sementara itu, pelatihan di Puskesmas Plaosan yang digelar pada hari berikutnya berlangsung dalam suasana lebih kondusif dengan jumlah peserta yang lebih sedikit. “Jumlah peserta yang lebih kecil membuat suasana lebih terkendali, sehingga materi dapat disampaikan dengan lebih efektif,” jelas Erna, yang melihat suasana di Plaosan lebih nyaman bagi peserta.
Pelatihan ini melibatkan fasilitator dari tenaga kesehatan setempat, termasuk Ibu Endah Dwi Krisnawati, A.Md.Keb., dan Ibu dr. Diliyana Nunira Sari dari Puskesmas Candirejo, serta Ibu Urfina Mazaya, A.Md.Keb. dan Ibu Chika Dewiani, AMK dari Puskesmas Plaosan. Selain itu, materi pelatihan tidak hanya fokus pada keterampilan teknis tetapi juga pengetahuan tentang kesehatan mata secara umum dan pencegahan penyakit, khususnya katarak.
“Kami berharap kader dapat mengimplementasikan keterampilan yang didapatkan dalam pelatihan ini di wilayah masing-masing. Mereka adalah ujung tombak edukasi masyarakat terkait kesehatan mata,” kata Erna, menegaskan pentingnya pelatihan ini dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat.
Erna juga berharap pelatihan serupa dapat terus diadakan untuk memperkuat kompetensi kader kesehatan dalam deteksi dini gangguan penglihatan. “Kami ingin para kader lebih terampil dan mampu memberikan edukasi serta layanan skrining secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Dengan pelatihan yang terus berlanjut, diharapkan kader kesehatan mata dapat semakin berperan aktif dalam pencegahan dan penanganan dini penyakit katarak di tengah masyarakat.