Program I-SEE Bangun Sistem Rujukan Low Vision di Kabupaten Madiun, Magetan, dan Ngawi

Dalam upaya memperkuat layanan kesehatan mata yang inklusif, Program I-SEE (Inclusive System for Effective Eye Care) bersama konsultan low vision melakukan kunjungan koordinasi ke RSUD Soeroto Ngawi, RSUD Caruban Madiun, dan RSU Bhakti Persada Magetan. Kegiatan ini bertujuan membangun komunikasi awal dalam membentuk sistem rujukan berjenjang untuk pasien low vision di Kabupaten Ngawi, Madiun, dan Magetan.

Kunjungan yang berlangsung secara estafet di masing-masing rumah sakit tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk dokter spesialis mata, refraktionis optisien (RO), manajemen rumah sakit, konsultan low vision Ibu Irene dari Yayasan Bhakti Luhur Malang, serta tim dari Dinas Kesehatan dan Yayasan Para Mitra Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Ibu Irene menekankan pentingnya kerja sama antara rumah sakit kabupaten dan rumah sakit tersier untuk menangani pasien low vision. “Karena jumlah rumah sakit yang membuka layanan low vision masih terbatas, rujukan ke layanan tersier menjadi sangat penting. Penulisan ‘suspek low vision’ dalam surat rujukan juga perlu dilakukan untuk memperjelas kondisi pasien,” ujarnya.

Diskusi berlangsung aktif dengan membahas kriteria diagnosis low vision, mekanisme rujukan pasien ke rumah sakit rujukan, seperti RS Mata Masyarakat Surabaya (RSMM) dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya, serta kebutuhan dukungan alat bantu seperti kacamata, kaca pembesar (magnifier), dan alat bantu lainnya.

Program I-SEE juga menekankan pentingnya pendampingan pada keluarga pasien agar semakin aware terhadap putra-putri mereka yang mengalami low vision. Hal ini diharapkan menjadi stimulan agar pasien dan keluarga lebih terdorong untuk mengakses layanan kesehatan mata di tingkat lanjut.

Diskusi juga membahas rencana koordinasi lebih lanjut, terutama untuk pasien low vision di usia sekolah, mengingat Program I-SEE memiliki fokus pada siswa SD dan SMP. Penanganan pasien disabilitas seperti down syndrome yang rentan mengalami gangguan penglihatan juga menjadi bagian dari pertemuan ini.

Penanganan pasien dengan disabilitas menjadi salah satu fokus penting, mengingat Program I-SEE telah melakukan pelatihan bagi guru-guru SLB. Harapannya dokter spesialis mata di rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang lebih inklusif kepada pasien disabilitas.

Kegiatan ini ditutup dengan kesepakatan untuk mempererat koordinasi antara Program I-SEE dan rumah sakit kabupaten. Kedua belah pihak berharap langkah ini akan membuka jalan bagi terbentuknya layanan kesehatan mata yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Kabupaten Madiun, Magetan, dan Ngawi.

Pos dibuat 42

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas
id_IDIndonesian